Desa Pengadangan dan Alat Musik Selober, Jangan Dilupakan

Desa Pengadangan dan Alat Musik Selober ada di Lombok. Membahas Lombok tak kan pernah habis. Pulau dengan sejuta keindahan alam yang sangat menakjubkan, mulai dari pantai, gili, bukit, gunung, sungai dan air terjun.

Baca Juga

Pandangan Medis tentang Menelan Air Mani   

Sudut Pandangan Fiqih atai Al-Urf Tentang Menelan Air Mani   

Gara-gara Menelan Air Mani, Gadis 15 Tahun Hamil, Ini Kisahnya

Testimoni Wanita Soal Menelan Air Mani / Peju Jangan Ditiru

Dampak Menelan Sperma atau Peju/ Mani yang Tidak Sehat Bagi Wanita

Kesenian di Lombok juga tak kalah menarik, salahsatunya adalah Alat Musik Selober. Itu artinya, Alat musik khas Lombok bukan hanya Gendang beleq namun terdapat berbagai alat musik tradisional khas Lombok lainnya, salah satunya adalah Selober.

Alat musik ini adalah alat musik tradisonal yang terus dijaga dan dilestarikan oleh warga Desa Pengadangan, Lombok timur. Selober  memiliki sejarah yang panjang dan hanya ditemukan di Desa Pengadangan.

Berkembangnya alat musik ini, konon karena pengaruh desa tetanggga yaitu desa Jurit, Kecamatan Pringgesela, Lombok Timur. Merekalah yang diinformasikan menggagas sekaligus mengembangkan alat musik Selobor sehingga di terima dan dimainkan secara luas oleh warga Pengadangan.

Lahirnya selober berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Salah seorang warga Desa Pengadangan, Zainal Asikin menceritakan bahwa dulu salah seorang pendatang dari desa Jurit hendak membuat alat musik Genggong. Alat musik genggong ini adalah alat musik tradisional Sasak juga. Ia terbuat dari pelepah pohon aren. Karena salah dalam proses membuat genggong akhirnya orang tersebut berimprovisasi dan lahirlah selober.



Sejarah dan Asal Usul Alat Musik Selober Pengadangan


Slober berasal dari kata slemor dan seber. Selemor berarti mengisi waktu luang dan seber berarti suara yang terdengar serak. Dari penggabungan dua kata inilah ter bentuk kata slober. Oleh karena itu selober biasanya dimainkan oleh warga Desa Pengadangan guna mengisi waktu luang mereka saat tidak bekerja.

Misalnya ketika mereka menunggu musim panen padi tiba. Alat musik ini dimainkan hanya untuk mengisi waktu luang karena suaranya yang kecil. Namun kini telah biasa dimainkan di pertunjukan-pertunjukan. Namun untuk menghasilkan musik yang indah, slober harus dikombinasikan dengan alat musik lain seperti gambus.

Baca & Browsing :


Program Sekolah Sehat dan Sekolah Adiwiyata di Lombok

Slober terbuat dari pelepah pohon arena tau di dalam bahasa sasak disebut nao. Pelepah nao yang masih basah dikuliti dan diambil bagian kulit luarnya. Bagian ini biasanya elastic dan tidak mudah patah. Lembaran kulit pelepah nao inilah kemudian yang dimainkan dengan cara ditiup sembari ditekan oleh ibu jari sehingga menghasilkan berbagai varian nada.






Dipilihnya pelepah nao karena ia elastic dan tidak berbahaya. Jika menggunakan bambu memang akan elastis juga. Namun bilah bambu yang sudah ditipiskan sangat tajam sehingga akan berbahaya ketika dimainkan. Bukannya menghasilkan nada malah pemain slober bisa terluka.

Cara Memainkan Musik Selober


Tidak semua lagu bisa diiringi dengan selober. Umumnya lagu daerah Lombok yang bisa dimainkan dengan alat musik ini hanyalah lagu yang menggunakan lima nada; yaitu do-re-mi-so-la. Slober tidak dapat memainkan lagu tujuh nada, karena slober itu sendiri tidak mempunyai nada fa dan si.

Alat musik ini harus dimainkan secara berpasang-pasangan. Ia tidak bisa dimainkan oleh satu orang saja. Hal ini sesuai denga penuturan Zainal Asikin, “Alat musik ini hanya bisa dimainkan oleh dua orang saja. Hal ini karena alat musik ini terdiri dari dua bagian yaitu wadon/nine (perempuan) dan lanang/mame (laki-laki)”.

Jika dimainkan sendirian maka nada yang dihasilkan tidak akan lengkap. Namun jika dimainkan berpasangan maka kelima nada dasar (do-re-mi-so-la) yang dihasilkan oleh slober. Nada wadon itu sendiri terdiri atas sol-do-mi sedangkan lanang la dan re. Sehingga jika dimainkan butuh keahlian tersendiri untuk mengolaborasikan nada yang satu dengan yang lainnya.

Baca & Browsing :

Informasi Kiprah Para Tokoh dan Ulama' di Lombok

Merdunya alunan slober tak serta merta menarik minat anak muda untuk belajar memainkan slober. Kurangnya minat generasi muda untuk belajar slober karena untuk dapat memainkan slober sangatlah sulit. Metode memiankannya sangat rumit sehingga butuh belajar yang mendalam.

Begitulah alasan mengapa Zainal Azikin tetap berusaha melestarikannya dengan membangun sanggar kesenian di Desa Pengadangan. Dana yang dialokasikan sekitar 18 juta rupiah—berasal dari dana PNPM bantuan pemerintah melalui kementrian kebudayaan dan pariwisata— dana ini digunakan semaksimal mungkin untuk melestarikan kebudayaan yang mulai tergusur oleh zaman. Saat ini bangunan sanggar sedang dibangun untuk tempat latihan para personil. (Disatur dari tulisan Sin & Rizal)

Cara Membuat Alat Musik Selober Pengadangan


Selober adalah salah satu alat musik khas atau tradisional yang berasal dari Pulau Lombok. Alat musik selober dibuat dengan memanfaatkan pelepah pohon aren atau dikenal dengan nama pohon enao dalam Bahasa Sasak. Pelepah pohon aren yang masih basah dikuliti dan diambil bagian kulit luarnya. Panjangnya kira-kira 10 – 15 cm dan lebarnya sekitar 3 cm.

Pelepah pohon aren sengaja dipilih karena pelepahnya cukup elastis dan aman ketika digunakan. Untuk memainkan alat musik selober ini, lembaran kulit pelepah pohon aren ini kemudian ditiup sambil ditekan dengan ibu jari sehingga menghasilkan berbagai jenis nada. Sampai saat ini, alat musik selober ini masih terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak punah dan tenggelam ditengah arus globalisasi.

Berbicara tentang asal-usul, alat musik selober ini mempunyai sejarah yang cukup panjang and surprisingly, alat musik yang cukup mungil ini hanya bisa ditemukan di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur. Menurut penuturan warga lokal, perkembangan alat musik selober ini tidak lepas dari campur tangan warga pendatang dari Desa Jurit, Lombok Timur.

Menurut beberapa warga lokal, alat musik ini diciptakan dan dikembangkan oleh warga pendatang tadi. Seiring perkembangannya, alat musik ini mulai dikenal dan diterima oleh penduduk yang tinggal di Desa Pengadangan. Sejak saat itu, warga Desa Pengadangan mulai memainkan dan melestarikan alat musik tradisional ini.

Baca & Browsing :

Novel dan Karya Sastra di Lombok

Kata salah seorang warga lokal, selober berasal dari dua kata, yaitu selemor dan Seber. Selemor artinya mengisi waktu luang/senggang, sedangkan seber artinya suara yang terdengar serak atau berisik seperti radio rusak. Nah, kedua kata ini kemudian digabungkan menjadi satu dan lahirlah istilah selober (selemor dan seber). Jadi tidak mengherankan jika biasanya alat musik selober ini dimainkan oleh warga setempat ketika waktu senggang mereka atau untuk mengisi waktu luang mereka.

Contohnya seperti ketika sedang libur bekerja atau tidak ke sawah atau ketika menunggu waktu panen datang. Namun kini, atas inisiatif pemuda-pemudi setempat, setiap tahunnya selalu diadakan festival budaya. Dimana disetiap festival, alat musik selober ini selalu ditampilkan dan biasanya diiringi dengan alat musik tradisional lainnya, seperti: gendang, rincik, seruling dan gambus.

Menurut penggiat alat musik tradisional ini, selober tidak bisa dimainkan sendiri. Selober harus dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari 8 orang. Mungkin karena suaranya yang kecil atau terbatasnya nada yang dihasilkan. Jadi, alat musik selober harus diiringi dengan alat musik lain sehingga bisa menghasilkan satu kesatuan nada yang lebih harmonis dan enak didengar.

Sumber :
LPMPenakampus
Artshope Juwisata
Hello Lombok