Berikut catatan lengkapnya :
Nama Mangku sakti di berikan oleh masyarakat Sajang. Konon Air terjun tersebut digunakan untuk bertapa oleh pemangku yang sakti dari Desa sajang. Mangku tersebut bertugas menjaga Gunung Rinjani. Pengelolaan Air terjun ini di rintis oleh masyarakat adat sajang, mulai dari membangun akses jalan hingga mempromosikanya.
Belakangan Air terjun yang merupakan wilayah adat masyarakat sajang diakui secara sepihak sebagai Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan mengambil prngelolaanya secara sepihak pula dari lembaga prmuda adat sajang. Lain yang berusaha, bekerja dan berjuang tetapi lain yang menikmati, begitulah kata yang pantas diutarakan untuk kawan-kawan kita disajang.
Pengklaiman sepihak oleh negara mlalui TNGR jelas tidak dapat dibenarkan, hutan yang sejatinya dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat malah membawa malapetaka bagi masyarakat setempat. Hal tersebut disebabkan karena kunjungan wisatawan mnurun drastis akibat tiket masuknya sangat mahal Rp. 150.000 per orang untuk tamu asing.
Hal ini juga membuat masyarakat kesulitan mengembangkan kreatifitas bisnis pariwisata karena di nilai tiket masuk tidak sesuai dengan potensi yang ditawarkan. Jika kita mengacu pada harapan presiden Jokowi dimana hutan harus mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya maka penyerobotan TNGR terhadap air terjun mangku sakti yang diakui sebagai wilayah adat tidak dapat di benarkan karena bertentangan dengan harapan bangsa terkait pemanfaatan hutan.
Masyarakat adat harus kembali mengelola wilayahnya menuju kemandirian, hanya dengan cara itu kesejahteraan akan berpihak kepada Masyarakat.
Kemenangan hanya bagi mereka yang berjuang, karena itu mari kita sama-sama mendukung wilayah adat yang dikelaim oleh negara di kembalikan kemasyarakat adat untuk dimanfaatkan sebaik-baikanya mewujudkan kesejahteraan secara merata.
0 Comments